Menulis adegan pertempuran dalam cerita fiksi

Sudah dua tahun lamanya saya mengurus kelompok HEMA (Historical European Martial Arts/ilmu beladiri Eropa kuno) di Jakarta dan Bandung yang dikenal sebagai Gwaith-i-Megyr. Akun Facebook, Instagram, YouTube, ataupun WordPress kelompok ini cukup banyak mendapat pertanyaan tentang segi-segi ilmu beladiri dan ilmu pedang yang berkaitan dengan penulisan fiksi, tetapi sayangnya pertanyaan-pertanyaan semacam ini sulit dijawab secara langsung di blog utama Gwaith-i-Megyr karena melenceng terlalu jauh dari topik utama blog itu yaitu memperkenalkan HEMA dan menyajikan catatan latihan kelompok tersebut bagi pembaca berbahasa Indonesia. Walaupun begitu, pertanyaan-pertanyaan ini tetap layak mendapat jawaban yang memadai, jadi rasanya tak ada salahnya jika saya menggunakan blog pribadi ini untuk mengulas beberapa topik yang cukup sering muncul. Salahsatunya adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat menulis adegan pertempuran. Pengertian “pertempuran” di sini adalah adegan yang  menampilkan kekerasan terorganisasi pada skala besar, bukan sekedar duel satu lawan satu atau tawuran kecil-kecilan yang terjadi begitu saja tanpa direncanakan.

(The original English version can be read here.)

Continue reading “Menulis adegan pertempuran dalam cerita fiksi”

Some things to consider in writing a battle scene

I used to write about various military and martial-arts topics from a fiction writer’s perspective in an old blog I no longer maintain. Unfortunately most of those old articles have grown too outdated and updating them is no longer a viable proposition, so I suppose I’ll just start over and pontificate out of my posterior on new subjects altogether. And this time it’s going to be some things one needs to consider in writing battle scenes. Here I would define “battles” as massed (and usually organised) violent encounters, as opposed to one-on-one duels or small-scale impromptu brawls that take place without any considerable amount of planning or organisation. Obviously there’s going to be a grey area between the two, but I’m pretty sure I can trust my fellow writers to judge whether and when they need to apply the following points to their fiction.

(Versi bahasa Indonesia bisa dibaca di sini.)

Continue reading “Some things to consider in writing a battle scene”